Tuesday, December 22, 2015

Allah ditipu?



44. Salah satu dari nama Allah Muslim adalah Mahatahu (Qs.4:24).
Hal ini bertentangan dengan:
Qs..4:142 berkata: “Sesungguhnya orang2 munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka.” (Allah ditipu?!)
Jadi disini sudah ada 1 pertentangan ayat, total sudah ada 185 pertentangan.


Allah Muslim itu Maha Mengetahui dalam QS 4:24 (Al Quran surat An Nisâ’ [wanita-wanita] ayat 24)
وَٱلْمُحْصَنَـٰتُ مِنَ ٱلنِّسَآءِ إِلَّا مَا مَلَكَتْ أَيْمَـٰنُكُمْ ۖ كِتَـٰبَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ وَأُحِلَّ لَكُم مَّا وَرَآءَ ذَ‌ٰلِكُمْ أَن تَبْتَغُوا۟ بِأَمْوَ‌ٰلِكُم مُّحْصِنِينَ غَيْرَ مُسَـٰفِحِينَ ۚ فَمَا ٱسْتَمْتَعْتُم بِهِۦ مِنْهُنَّ فَـَٔاتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ فَرِيضَةًۭ ۚ وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا تَرَ‌ٰضَيْتُم بِهِۦ مِنۢ بَعْدِ ٱلْفَرِيضَةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًۭا [٤:٢٤]
Terjemahan bebas: (Yang terlarang kalian nikahi) dan wanita-wanita yang dalam pernikahan, kecuali yang tangan kanan kalian kuasai sebagai ketentuan Allah atas kalian. Dan dibolehkan bagi kalian yang selain dari itu untuk kalian pilih dengan memberi mahar dari harta kalian di dalam ikatan pernikahan, bukan untuk memuaskan hawa nafsu. Kemudian atas apa yang kalian peroleh dari mereka, maka serahkan kepada mereka mahar mereka yang telah ditetapkan. Tidaklah berdosa bagi kalian dalam hal sama-sama merelakan hak setelah mahar ditetapkan. Sesungguhnya Allah mengetahui lagi bijaksana.

Allah ditipu dalam Qs 4:142
إِنَّ ٱلْمُنَـٰفِقِينَ يُخَـٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَـٰدِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوٓا۟ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُوا۟ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلًۭا [٤:١٤٢]
Terjemahan bebas: Sesungguhnya orang-orang bermuka dua (bermaksud) menipu Allah dan Dia yang (balas) menipu mereka. Dan ketika mereka hendak melakukan shalat, mereka melaksanakannya dengan bermalas-malasan hanya agar dapat dilihat oleh manusia dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali.

ULASAN

Mengenai QS 4:24 lihat Allah belum mengetahui? Maksud mengetahui di sini adalah Allah tahu apakah orang tersebut benar-benar miskin atau berbohong ketika membayar kurang dari jumlah mahar yang telah disepakati. Allah juga tahu apakah seseorang menikah atas dasar hawa nafsu atau maksud beribadah.

Pada QS 4:142 digunakan kata khada’a (خدع) yang berarti berpura-pura, meninggalkan, menutup-nutupi maksud, atau juga bisa dikatakan menipu. Ayat ini menggambarkan sifat orang munafik. Mereka melakukan sesuatu tidak dengan niat yang tulus melainkan hanya agar perbuatan mereka dapat dilihat orang lain.

Ibadah adalah perkara hati yang hanya dapat diketahui oleh Allah dan kemudian diri yang bersangkutan. Ibadah itu ada yang bisa dilihat oleh orang lain dan ada juga yang mungkin tidak dideteksi oleh orang lain. Bagi orang beriman, dalam melaksanakan ibadah, memulainya dengan niat hanya kepada Allah semata dan mengharapkan balasan hanya dariNya, entah itu ibadah wajib atau tambahan. Dia tidak memerlukan penilaian dari orang lain. Sedangkan bagi orang yang bermuka dua tetapi mengaku muslim, dalam melakukan ibadah wajib, memulainya dengan niat agar dapat dilihat oleh orang lain sehingga dia dipandang sebagai orang yang taat beragama. Seandainyapun dia melakukan ibadah tambahan, maka itu semata-mata ingin mendapat pujian tambahan sebagai orang yang suci.

Shalat 5 waktu dalam sehari adalah ritual ibadah wajib yang dapat dilihat oleh orang lain. Orang munafik melakukannya semata-mata agar dilihat oleh orang lain sehingga dia tidak akan dituduh sebagai kafir. Sedangkan Shaum (berpuasa makan dan minum dari waktu terbit fajar hingga waktu terbenam matahari) di bulan Ramadhan adalah ibadah wajib yang mungkin orang lain tidak bisa mendeteksinya apakah dia berpuasa atau tidak. Orang munafik, dalam masa berpuasa, dapat saja makan, asalkan tidak ketahuan sehingga tidak dituduh kafir. Pada kasus perang, jika hal itu sudah dideklarasikan, maka muslim wajib berpartisipasi. Dalam usahanya menghindari hal itu, orang munafik akan berpura-pura sakit, misalnya. Mereka pikir dengan begitu Allah dan orang beriman mudah ditipu. Kalaupun berangkat perang, dia melakukannya dengan penuh keterpaksaan agar tidak dituduh sebagai kafir.

Hal-hal di atas adalah kepura-puraan yang bersifat pribadi dan kecil dampaknya bagi orang lain. Adapun yang mendekati makna menipu dalam ayat ini adalah melakukan hasutan atau upaya-upaya lain dengan tujuan menghancurkan Islam. Orang-orang yang benci terhadap Islam berusaha menghancurkannya dengan berpura-pura menjadi muslim. Mereka kelihatan taat dalam beribadah dengan mengerjakan ibadah wajib dan mungkin juga mengerjakan banyak ibadah tambahan agar dipandang sebagai orang suci dengan tujuan agar mereka dipercaya oleh muslim lainnya. Padahal di dalam hati, mereka sangat membenci Islam dan tidak menyukai apa yang mereka kerjakan. Setiap saat mereka berupaya agar Islam segera hancur dan mereka terbebas dari penderitaan akibat mengerjakan ibadah yang tidak mereka sukai. Banyak cara mereka lakukan seperti hasutan untuk melemahkan muslim atau untuk mengadu-domba sesama muslim. Bisa juga, seolah-olah membela Islam, mereka melakukan teror terhadap penganut agama lain dengan tujuan agar Islam dipandang sebagai agama kekerasan. Apakah mereka berhasil dalam upayanya menghancurkan Islam? Setiap tipu daya berbalik kepada mereka sendiri. Mungkin pada masa sekarang bisa kita lihat pada fenomena ISIS.

Allah mengetahui mana hambanya yang berniat tulus dan mana yang hanya berpura-pura. Bagi yang berniat tulus dalam beribadah, Allah memberikan balasan berupa ketenangan hati yang terpancar dalam wajah yang cerah serta tindak-tanduk yang bebas dan penuh keyakinan. Sedangkan bagi yang hendak menipu Allah dengan berpura-pura, Allah balas menipunya dengan memberikan keresahan hati yang terpancar dalam wajah yang kusut serta tindak-tanduk yang penuh keterpaksaan dan keraguan. Makin sering menipu dan melupakan Allah, makin banyak kesusahan yang dideritanya. Nasib mereka lebih celaka daripada orang kafir karena orang kafir tidak ada beban harus berpura-pura. Jadi, sebelum tipuan itu mengena kepada Allah dan orang beriman, Allah sudah balikkan tipuan itu kepada mereka sendiri. Itu baru di dunia. Di akhirat mereka mendapat tempat di neraka lebih rendah daripada orang kafir. Allah ditipu? Silakan renungkan sendiri.

No comments:

Post a Comment