28. Allah Muslim itu Esa/Satu/Tauhid (Qs.112:1), bertentangan dengan: Allah Muslim itu lebih dari satu/jamak, karena setiap kali berfirman kepada nabiNya, kepada manusia, kepada malaikat maka Allah Muslim selalu berkata: “KAMI” (Lihat Qs.4:47, 6:92, 12:2, 13:37, 14:1, 15:6, 17:2, 18:7, 19:40, 20:55, 21:71, 29:15, 36:12, 40:78, 46:16, 49:13, 56:57, 66:12, 72:16, 80:25-27, 90:4, dll).
Sampai disini sudah ada 21 pertentangan ayat, jadi total sudah ada 138 pertentangan.
Allah Muslim itu Esa/Satu/Tauhid dalam QS 112:1 (Al Quran surat Al Ikhlâs [kemurnian] ayat 1)
قُلْ هُوَ
ٱللَّهُ أَحَدٌ [١١٢:١]
Terjemahan bebas: Katakanlah: “Allah itu
tunggal”
Allah Muslim itu lebih dari satu/jamak dalam QS 4:47 (Al Quran surat An Nisâ’ [wanita-wanita] ayat 47)
يَـٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَـٰبَ ءَامِنُوا۟ بِمَا نَزَّلْنَا مُصَدِّقًۭا لِّمَا
مَعَكُم مِّن قَبْلِ أَن نَّطْمِسَ وُجُوهًۭا فَنَرُدَّهَا عَلَىٰٓ أَدْبَارِهَآ
أَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّآ أَصْحَـٰبَ ٱلسَّبْتِ ۚ وَكَانَ أَمْرُ ٱللَّهِ مَفْعُولًا [٤:٤٧]
Terjemahan bebas: Wahai orang-orang yang
telah diberikan Al Kitab, berimanlah kepada apa-apa yang Kami turunkan secara
berangsur-angsur yang membenarkan apa-apa yang ada pada kalian sebelumnya,
sehingga tidak akan Kami hancurkan wajah kemudian membalikkannya ke belakang
atau akan Kami kutuk mereka sebagaimana telah Kami kutuk kelompok sabat. Dan
apa yang telah Allah perintahkan pasti dilaksanakan.
ULASAN
Cukup satu ayat saja yang disampaikan di sini
yang menggunakan kata “kami” agar tidak perlu menampilkan ribuan ayat lainnya.
Nanti akan membuat bingung menghitung berapa pertentangan berdasarkan kata
“kami”.
Tentu pembaca tidak ingin pembicaraan mengenai
gaya bahasa sehubungan dengan penggunaan kata “kami” dalam budaya arab.
Sebenarnya gaya bahasa seperti ini adalah hal yang lumrah dalam berbagai budaya
bahwa yang disebut “kami” (kata ganti orang pertama plural) adalah satu entitas.
Sekarang mari kita lihat gaya bahasa yang sama digunakan juga dalam Torah. Lihat
Kitab Kejadian 1:26. Yahweh bicara kepada siapa? Dirinya, istrinya, sekutunya,
Roh Kudus, malaikat, setan, iblis, atau yang lain? Gambar dan rupa siapa yang
diaplikasikan kepada manusia? Siapa saja yang akan kontribusi? Berapa persen
masing-masing dari “kita”?
Sayangnya, barangkali karena Al Quran menggunakan
bahasa arab, orang berprasangka bahwa kata “kami” ini bukan untuk satu entitas
tunggal, melainkan lebih. Boleh jadi juga kecurigaannya dengan penggunaan “kami”
adalah sama seperti satu dari tiga atau tiga dalam satu. Kecurigaan dalam berprasangka
demikian mungkin beralasan juga karena banyak pekerjaan “kami” di berbagai
tempat yang “mustahil” dilakukan oleh satu entitas tunggal.
Salah satu sebab Al Quran menampilkan
ayat-ayat dengan kata “kami” yang merujuk kepada Allah adalah untuk
mengindikasikan adanya kehadiran atau turut berpartisipasinya malaikat dalam
pekerjaan “kami”.
Perhatikan ayat QS 4:47: Apa yang telah Allah
perintahkan pasti dilaksanakan (oleh malaikat). Jadi kalau melihat tulisan “apa
yang kami turunkan secara berangsur-angsur”, maka analogikan sebagai berikut: Seorang
jendral memerintahkan seorang komandan unit pasukan agar menjalankan misi besar
dengan tujuan tertentu. Sang jendral sangat tahu kapasitas sang komandan.
Daripada membebani sang komandan dengan semua instruksi secara lengkap di awal
misi yang tidak mungkin dapat dicerna sekaligus, sang jendral memecah instruksi
lengkap tersebut menjadi beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut akan
disampaikan secara bertahap melalui penyampai berita, sejalan dengan progres
sang komandan dalam menjalankan misinya. Dengan demikian sang komandan dapat
segera bertugas menjalankan misinya dengan efisien tanpa perlu dibebani
pikirannya dengan instruksi-instruksi yang terlalu berat atau terlalu jauh di
masa depan yang tidak berhubungan dengan kondisi yang sedang dia hadapi.
Seiring dengan waktu, sang komandan mulai mengerti apa tujuan dari misinya berdasarkan
instruksi-instruksi sebelumnya yang dia pelajari dan hafalkan sehingga dia
menjadi lebih mudah memahami instruksi-instruksi berikutnya yang disampaikan
melalui penyampai berita. Pada gilirannya akan memudahkan dia menghadapi
berbagai kondisi dalam menjalankan misinya.
Demikian juga halnya Allah memerintahkan
Muhammad SAW menjalankan misi kepada umat manusia. Sebelum misi dijalankan,
Allah sudah mempersiapkan wahyu apa saja yang perlu disampaikan dan memerintahkan
Jibril untuk turun membawa wahyu tersebut kepada Muhammad SAW sesuai dengan
protokol dan jadwal tertentu, dan kemudian Jibril melaksanakan perintah
tersebut, yaitu menyampaikan wahyu yang dibawanya kepada Muhammad SAW sesuai
protokol dan jadwal yang telah Allah tetapkan.
Bayangkan jika kata “kami” tidak digunakan atau
dihilangkan dari Al Quran, akankah Al Quran menjadi bahan bacaan yang efektif
untuk menyampaikan pesan Allah kepada manusia? Dengan demikian, digunakannya
kata “kami” adalah untuk menyingkat pembahasan yang bertele-tele atau
mengulang-ulang sesuatu yang tidak perlu karena sudah dimengerti oleh pembacanya.
No comments:
Post a Comment