Saturday, July 4, 2015

Siapa sumber malapetaka?



21. Siapakah sumber malapetaka? Sumber malapetaka adalah Setan di “dalam” diri manusia atau gangguan (Qs..38:41).
Hal ini bertentangan dengan:
Sumber malapetaka adalah kita sendiri (Qs.4:79).
Sumber malapetaka adalah Allah sendiri (Qs.4:78).
Sampai disini sudah ada 3 pertentangan, jadi total sudah ada 104 pertentangan.


Sumber malapetaka adalah Setan di “dalam” diri manusia atau gangguan dalam QS 38:41 (Al Quran surat Shâd [huruf shâd] ayat 41)
وَٱذْكُرْ عَبْدَنَآ أَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلشَّيْطَـٰنُ بِنُصْبٍۢ وَعَذَابٍ [٣٨:٤١]
Terjemahan bebas: Dan ingatlah akan hamba Kami, Job, ketika di menyeru Rabbnya: “Bahwa setan menyentuhku dengan ketidakberdayaan dan penderitaan.”

Sumber malapetaka adalah kita sendiri dalam QS 4:79 (Al Quran surat An Nisâ’ [wanita-wanita] ayat 79)
مَّآ أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍۢ فَمِنَ ٱللَّهِ ۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍۢ فَمِن نَّفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَـٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولًۭا ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًۭا [٤:٧٩]
Terjemahan bebas: Apa-apa yang menimpamu itu suatu kebaikan, maka itu dari Allah. Dan apa-apa yang menimpamu itu suatu keburukan, maka itu dari dirimu. Dan Kami mengirimmu bagi manusia sebagai seorang utusan. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.

Sumber malapetaka adalah Allah sendiri dalam QS 4:78 (Al Quran surat An Nisâ’ [wanita-wanita] ayat 78)
أَيْنَمَا تَكُونُوا۟ يُدْرِككُّمُ ٱلْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِى بُرُوجٍۢ مُّشَيَّدَةٍۢ ۗ وَإِن تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌۭ يَقُولُوا۟ هَـٰذِهِۦ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌۭ يَقُولُوا۟ هَـٰذِهِۦ مِنْ عِندِكَ ۚ قُلْ كُلٌّۭ مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ ۖ فَمَالِ هَـٰٓؤُلَآءِ ٱلْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًۭا [٤:٧٨]
Terjemahan bebas: Di manapun kalian berada, maut menghampiri kalian, meskipun kalian berada di benteng yang diperkuat. Dan jika kebaikan menimpa mereka, mereka akan berkata: “Hal ini dari sisi Allah.” Dan jika keburukan menimpa mereka, mereka akan berkata: “Hal ini dari sisi kamu.” Katakanlah: “Segalah sesuatu dari sisi Allah. Maka berpalinglah dari suatu kaum yang mereka itu  sukar sekali diberi pengertian dengan kata-kata.”

ULASAN:

Pada QS 38:41 Al Quran menginformasikan perkataan Job bahwa dia diganggu setan dalam ketidakberdayaan dan penderitaan yang dialaminya.

Pada QS 4:79 Al Quran menginformasikan bahwa jika suatu kebaikan datang kepada manusia, maka itu datang dari (kasih sayang) Allah. Dan jika suatu keburukan datang kepada manusia, maka itu adalah akibat dari ulah manusia itu sendiri. Contohnya: penggundulan hutan. Jika dibiarkan, makan akibatnya adalah malapetaka banjir.

Pada QS 4:78 Al Quran menginformasikan bahwa kematian adalah ketetapan Allah yang tidak bisa pandang bulu di manapun berada. Selanjutnya, jika suatu kebaikan datang kepada orang-orang degil, maka mereka akan berkata bahwa hal itu datang dari Allah. Dan jika suatu keburukan datang kepada orang-orang degil, maka mereka akan berkata bahwa hal itu datang dari Muhammad SAW.

Ayat-ayat ini tidak membicarakan tentang sumber malapetaka. Mari kita lihat apa yang disebut sebagai malapetaka atau bencana. Secara umum orang arab mengenal istilah ini sebagai “mushîbah” (مصيبة) yang berasal dari kata kata kerja “shâba” (صاب) yang berarti mengguyur, mengenai sasaran atau datang turun. Dengan menambahkan imbuhan “a” maka kata ini berubah menjadi kata kerja lain “ashâba” (أصاب) yang berarti menimpa, mengirim turun, menyebabkan celaka atau hukuman. Kata “ashâba”ini yang digunakan dalam ayat-ayat ini. Mushîbah adalah kata benda/sifat aktif dari kata ini yang berarti yang menimpa, yang diturunkan, hukuman atau bencana. Berarti kata ini sebenarnya mempunyai konteks yang netral dan hanya manusia saja yang mempersepsinya sebagai suatu keburukan. Mari kita lihat definisi atau keterangan tentang kata-kata ini dalam Al Quran pada ayat QS 64:11 (Al Quran surat At Taghâbûn [hari untung dan rugi] ayat 11):
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌۭ [٦٤:١١]
Terjemahan bebas: Tidak ada mushîbah yang menimpa kecuali dengan ijin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, Dia memberi petunjuk kepada hatinya. Allah mengetahui segala sesuatu.

Segala sesuatu terjadi karena ijin Allah. Allah menimpakan sesuatu kepada manusia adalah untuk menguji keimanan manusia, atau sebagai alat introspeksi atas hasil dari perbuatan manusia itu sendiri. Terjadinya kadang bisa diprediksi manusia dan seringkali di luar dugaan manusia.

Suatu peristiwa dapat dipersepsi sebagai suatu kebaikan oleh manusia. Selanjutnya bagaimana sikap manusia terhadap kebaikan itu. Bagi orang yang menutup (kebenaran), kebaikan itu adalah hak bagi dirinya karena hal itu terjadi karena hasil dari usahanya atau paling tidak sebagai kejutan yang tidak disangka-sangka, selanjutnya dia akan larut dalam kegembiraan dan melupakan hal yang lain. Bagi orang yang beriman, kebaikan itu adalah bentuk dari kasih sayang Allah terhadap dirinya dan bisa juga suatu ujian, selanjutnya dia bersyukur kepada Allah dan selalu waspada. Bisa jadi kebaikan itu, jika tidak disikapi dengan benar, akan berubah menjadi keburukan. Contohnya kekayaan, jika orang terlalu larut dalam kegembiraan bisa jadi kekayaan itu menjerumuskan orang kepada perbuatan tidak bermoral yang menimbulkan bencana.

Demikian juga suatu peristiwa dapat dipersepsi sebagai suatu keburukan oleh manusia. Bagi yang menutup (kebenaran), keburukan itu ditanggapi dengan sikap negatif, yaitu akibat kesalahan orang lain, ketidak adilan Tuhan, atau kebetulan saja mendapat nasib buruk. Sangat jarang yang menganggap hal itu akibat perbuatan dirinya yang salah. Kadang juga mereka salah dalam menyikapinya sehingga makin tenggelam dalam keburukan yang lebih parah. Bagi orang yang beriman, keburukan itu bisa jadi merupakan teguran dari Allah atas perbuatannya yang salah, dan bisa juga sebagai ujian untuk meningkatkan keimanan baginya. Apapun itu, bagi orang beriman tentu ditanggapi dengan sikap positif karena ada pelajaran di balik keburukan sehingga dia sabar menerima keburukan itu dan terus berusaha memperbaiki diri. Bisa jadi keburukan itu adalah kebaikan yang terselubung. Misalnya, seseorang mengalami kecelakaan dalam perjalan menuju bandara. Ternyata kemudian, pesawat yang akan ditumpanginya jatuh sehingga tidak ada penumpang yang selamat. Dengan demikian, dia diberi kesempatan untuk bertobat dan berbuat baik.

Pada umumnya orang memandang kematian adalah suatu hal yang buruk atau suatu bencana. Padahal, kematian adalah ketetapan Allah, yang tidak dapat dipercepat atau ditunda, sebagai salah satu fasa perjalanan manusia. Hal ini bisa merupakan karunia kebaikan dan bisa juga merupakan bencana keburukan. Beruntung bagi yang mati dalam keadaan beriman, walaupun mati dengan cara yang mengenaskan (dalam pandangan manusia lain), karena dia telah melewati suatu proses yang akan mengantarnya menuju tempat yang dirindukannya. Sebaliknya, merugilah bagi yang mati dalam keadaan kafir, walaupun mati dengan tenang di pembaringan, karena dia masih ingin hidup di dunia tetapi dipaksa menuju tempat yang.tidak mau dia datangi. 

Lantas di mana peran setan? Dia bukanlah sumber malapetaka, melainkan penggoda yang mengakibatkan orang lupa kepada Allah melalui kebaikan dan keburukan tersebut. Jika seorang manusia mendapatkan kebaikan, maka setan akan menggodanya untuk terus menikmati kebaikan tersebut seolah-olah orang itu akan hidup selama-lamanya di dunia sehingga orang lupa bahwa dia akan mati dan menghadapi pengadilan di akhirat. Jika seorang manusia mendapatkan keburukan, maka setan akan menggodanya untuk mengingatkan manusia akan ketidak adilan Allah sehingga makin larut dalam kesedihan atau menjerumuskan orang itu melakukan perbuatan yang salah, misalnya merampok. Pada QS 38:41 Job merasakan gangguan setan selama ketidakberdaayaan penderitaannya yang berasal dari Allah untuk mengujinya dalam puluhan tahun, akan tetapi dia tetap ingat Allah. Inilah sebabnya dia ditampilkan dalam Al Quran sebagai teladan bagi manusia lainnya agar tidak tergoda setan sampai datangnya ketetapan Allah yang lain.

No comments:

Post a Comment