Thursday, June 4, 2015

Tadabbur Al Quran surat 95 (At Tin)



Bermula dari membaca suatu blog yang mendiskreditkan Islam, saya menemukan suatu kutipan berbunyi:


7. Dalam QS 68 : 10-12 ”Janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah, yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa …..”( ayat ini sangat cocok untuk menempelak Muhammad sendiri , yang gemar bersumpah lagi hina dan sering memfitnah orang Yahudi dan Kristen )

Ini bertentangan dgn ayat2 dibawah ini, dimana dia sering sekali bersumpah :
a ) QS 95: 1-3 "Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun dan demi bukit Sinai dan demi kota (Mekah)". Sebenarnya, bila seseorang bersumpah haruslah demi sesuatu yang lebih tinggi tingkatnya daripada dirinya, misalnya "demi Allah," bukan demi buah, bukit atau kota, apalagi bila Allah yang bersumpah. Allah tersebut tidak berani bersumpah demi dirinya atau demi namanya. Dalam QS.52:1,4 ia bersumpah lagi: "Demi bukit,… demi Baitul Makmur."


Saya copy/paste di sini agar pembaca mengetahui apa yang dibicarakan. Mungkin orang ini juga copy/paste dari sumber lain tanpa berpikir panjang akan apa yang dimaksud.

Mari kita baca sama-sama apa yang tertulis di QS 95:1-3 (Al Quran surat At Tîn [buah/pohon ara] ayat 1-3)

وَٱلتِّينِ وَٱلزَّيْتُونِ [٩٥:١]
وَطُورِ سِينِينَ [٩٥:٢]
وَهَـٰذَا ٱلْبَلَدِ ٱلْأَمِينِ [٩٥:٣]
Terjemahan bebas: Ayat 1: Demi buah/pohon ara dan buah/pohon zaitun. Ayat 2: Demi gunung Sinai. Ayat 3: Demi kota yang aman ini.

Di sini Al Quran memberitakan bahwa Allah SWT bersumpah, bukan Nabi Muhammad SAW. Mengapa Allah perlu bersumpah segala? Apakah yang disumpahkan itu lebih tinggi agar yang mendengarnya menjadi percaya? Maha Suci Allah, dari yang disangkakan manusia. Allah SWT di atas segalanya dan tidak memerlukan sekutu bagiNya. Seluruh semesta adalah ciptaan dan milikNya. Allah SWT tidak membutuhkan makhluk tetapi sebaliknya makhluk yang membutuhkan Allah SWT. Sumpah yang berasal dari Allah SWT berbeda dengan sumpah manusia. Sumpah Allah SWT ditujukan kepada manusia untuk memperhatikan terlebih dulu apa dan bagaimana keadaan makhluk atau peristiwa yang disumpahkan itu sebelum memberikan informasi selanjutnya sehingga manusia yang membaca Al Quran akan memperhatikan dengan seksama apa yang dibicarakan.

Sudah banyak mufassir yang mengulas ayat ini. Akan tetapi, apa salahnya kita menggali lagi apa yang terkandung dalam ayat-ayat ini. Mari kita perhatikan kembali: Demi buah/pohon ara, kenapa harus memperhatikan buah/pohon ara, siapa dan peristiwa apa yang dikaitkan dengan buah/pohon ara? Kemudian perhatikan: Demi buah/pohon zaitun; apa, siapa dan ada peristiwa apa yang dikaitkan dengan buah/pohon zaitun?  Dan selanjutnya perhatikan: Demi gunung Sinai; apa, siapa dan peristiwa apa yang dikaitkan dengan gunung Sinai? Dan sekarang perhatikan: Demi kota yang aman ini. Jelas, yang ini tidak akan ada dalam kitab-kitab suci yahudi maupun kristen. Ini adalah kota Mekah yang selalu aman dan tentu saja dikaitkan dengan Muhammad SAW.

  • Buah/pohon ara diidentikkan dengan Nabi ‘Isa (as)/Yesus yang dibekali dengan kitab Injil/Gospel. Tidak ada tokoh lain yang berhubungan langsung dengan tanaman ini. Lihat kesaksian seseorang yang ditulis oleh Matius dalam Matius 21:19: Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu. (Alkitab terjemahan baru, bagaimana dengan yang lama?). Bandingkan dengan:  And when he saw a fig tree in the way, he came to it, and found nothing thereon, but leaves only, and said unto it, Let no fruit grow on thee henceforward for ever. And presently the fig tree withered away. (King James Bible). Perhatikan cara penterjemahan dalam kedua bahasa ini. Jika King James Bible diterjemahkan lagi ke bahasa Indonesia, dapat berbunyi: Ketika dia melihat pohon ara dalam perjalanan/di tengah jalan/menghalangi jalan. Sebaliknya jika Alkitab terjemahan baru diterjemahkan kembali ke bahasa inggris, dapat berbunyi: Near/beside/along/in proximity of the road/path/way, he saw a fig tree. Nuansa yang berbeda bukan?
  • Buah/pohon zaitun diidentikkan dengan Nabi Dawud (as)/David yang dibekali dengan kitab Zabur/Mazmur (Psalms), hidup sebelum Nabi ‘Isa (as)/Yesus. Tidak ada tokoh lain yang mengaku dirinya seperti ini. Samuel mengurapinya dengan minyak zaitun. Gospel hanya menunjukkan Gunung Zaitun yang memang merujuk kepada David. Lihat kitab yang dipercaya orang sebagai tulisan David dalam Mazmur 52:8: Tetapi aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah; aku percaya akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya. (Alkitab terjemahan baru, yang lama adalah ayat 10). Bandingkan dengan: But I am like a green olive tree in the house of God: I trust in the mercy of God for ever and ever. (King James Bible).
  • Gunung Sinai diidentikkan dengan Nabi Musa (as)/Moses yang dibekali dengan kitab Taurat/Torah (Pentateuch) yang ia terima di gunung itu, hidup sebelum nabi Dawud (as)/David. Tidak ada tokoh lain yang berhubungan langsung dengan gunung ini. Lihat kitab yang dipercaya ditulis oleh Musa dalam Keluaran 31:18: Dan TUHAN memberikan kepada Musa, setelah Ia selesai berbicara dengan dia di gunung Sinai, kedua loh hukum Allah, loh batu, yang ditulisi oleh jari Allah. (Alkitab terjemahan baru, bagaimana dengan yang lama?). Bandingkan dengan:    And he gave unto Moses, when he had made an end of communing with him upon mount Sinai, two tables of testimony, tables of stone, written with the finger of God. (King James Bible).
  • Kota Makkah diidentikkan dengan nabi Muhammad SAW yang menerima wahyu pertama di kota itu, tepatnya di gua Hira, Jabal Nûr (Gunung Cahaya).

Lho, mengapa urutannya demikian? Perhatikan kata-kata Yesus dalam Matius 5:17: "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Alkitab terjemahan baru, bagaimana dengan yang lama?). Bandingkan dengan: “Think not that I am come to destroy the law, or the prophets: I am not come to destroy, but to fulfil.” (King James Bible).  David juga demikian, lihat ayat-ayat dalam Mazmur pasal 119. Maka dari itu keduanya disatukan dalam satu ayat saja dalam surat ini. Ara dan Zaitun adalah tanaman khas tanah Palestina dan sekitarnya, walaupun dapat tumbuh di daerah lain. Nabi yang diberikan hukum-hukum adalah Nabi Musa (as)/Moses. Gospel dan Mazmur hanya berisi pelajaran moral bagi anak-anak Israel. Taurat/Torah terbagi dalam lima kitab (Pentateuch) yang keseluruhannya diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai Law (Hukum).

Selanjutnya Allah SWT memberikan hukum-hukum baru kepada nabi Muhammad SAW dalam Al Quran yang memperkuat hukum-hukum yang sudah ada dalam Torah dan menambahkan hukum-hukum yang masalahnya belum dicakup dalam kitab Taurat untuk dijadikan pegangan dalam menjalani hidup di dunia oleh seluruh manusia sampai hari kiamat.

Lantas, apa hubungannya sumpah dengan informasi selanjutnya. Mari kita simak QS 95:4-8 (Al Quran surat At Tîn [buah/pohon ara] ayat 4 sampai 8):
لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَـٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍۢ [٩٥:٤]
ثُمَّ رَدَدْنَـٰهُ أَسْفَلَ سَـٰفِلِينَ [٩٥:٥]
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍۢ [٩٥:٦]
فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِٱلدِّينِ [٩٥:٧]
أَلَيْسَ ٱللَّهُ بِأَحْكَمِ ٱلْحَـٰكِمِينَ [٩٥:٨]
Terjemahan bebas: ayat 4: Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dalam keadaan keadaan proporsi/formasi paling baik. Ayat 5: Kemudian Kami kembalikan dia (manusia) ke tempat yang serendah-rendahnya. Ayat 6: Kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan perbuatan baik, maka bagi mereka balasan tiada habisnya. Ayat 7: maka kemudian apa-apa yang mereka sangkalkan padamu dalam agama. Ayat 8: Bukankah Allah yang  paling bijaksana?

Saya tidak menggunakan terjemahan resmi dari Departemen Agama, melainkan terjemahan bebas sesuai bahasa. Tujuannya adalah agar pembaca dapat membayangkan bagaimana orang arab kampung yang belum mengenal Islam menerima informasi ini. Pada umumnya mufassirin menggambarkan secara harfiah bahwa manusia telah diciptakan dengan segala kemampuannya yang sempurna. Oleh karena faktor umur, maka manusia secara alamiah dikembalikan lagi keadaannya menjadi menjadi lemah seperti bayi. Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat baik, mereka ini mempunyai kehidupan yang berkualitas sehingga memperoleh kebahagiaan. Begitulah kira-kira inti penafsiran yang saya pernah baca. Akan tetapi penafsiran ini sedikit korelasinya dengan ketiga ayat pertama.

Saya bukan mufassir dan tidak juga menguasai bahasa arab. Saya tidak ingin membuat tafsir baru tentang Al Quran, hanya ingin mengungkapkan persepsi yang diperoleh dalam tadabbur Al Quran. Ketika memperhatikan susunan ayat-ayat ini, saya berharap menemukan kaitan antara sumpah dengan informasinya. Ibaratnya bagaimana hubungan antara sampiran dan isi dalam peribahasa atau pantun-pantun Melayu. Contoh: Berburu ke padang datar. Berguru kepalang ajar. Dengan mengucapkan sampiran saja, orang yang mendengar sudah tahu apa yang dimaksud. Dalam usaha ini, saya dapatkan petunjuk bahwa surat ini bersinggungan dengan bagaimana kita menyikapi hukum dalam beragama dengan mengambil pelajaran dari apa yang terjadi dalam perkembangan agama yahudi dan kristen.

Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan kepada manusia petunjuk kepada manusia berupa formasi hukum yang sebaik-baiknya melalui kitab taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa (as), ayat 4. Akan tetapi karena mengikuti hawa nafsu pribadi dan terpengaruh ajaran-ajaran berhala yang ada di sekelilingnya, para pemuka agama bani Isra’il mulai menyimpang dari apa yang ada dalam kitab Taurat sepeninggal Nabi Musa (as) sehingga membuat hukum baru bagi bani Isra’il. Jangan harap keadaan pada masa itu seperti sekarang dalam mengakses kitab suci. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat membacanya, eksklusif bagi keturunan Lewi.  Dia anak ketiga nabi Ya’kub (as) yang mendapat tugas khusus menangani urusan agama. Nabi Musa (as) adalah dari garis keturunan ini. Orang biasa hanya pasrah mendengar keterangan dari para pemuka ini yang dengan sesukanya menafsirkan apa yang ada dalam Taurat. Tidak jarang pemuka agama membuat hukum baru sesuai dengan pesanan penguasa. Jika tidak ada, mereka buat atas nama nabi Musa (as). Jika ada tetapi tidak menguntungkan mereka, maka hukum itu disembunyikan. Agar bani Isra’il kembali menjalankan hukum asli sebagaimana adanya dalam Taurat, Allah SWT senantiasa mengutus nabi-nabi berikutnya bagi mereka. Di antaranya adalah Nabi Dawud (as) yang dibekali kitab Zabur.

Sepeninggal Nabi Sulaiman (as), kerajaan terbagi dua. Masing-masing menganggap dirinya yang paling otoritatif dalam beragama sehingga mereka menyebut nama Tuhan yang berbeda. Israel Utara mengenal Tuhan sebagai Elohim dan Israel Selatan, Yahweh. Persaingan keduanya terus memuncak sampai kemudian datang serbuan raja Nebukadnezar yang menghancurkan tempat suci mereka dan membuang mereka sebagai suatu bangsa ke tempat asing dan tercerai berai. Entah pada masa ini atau memang sudah dipreteli sebelumnya, kitab asli Taurat hilang total. Selama ratusan tahun dalam pembuangan, sebagian besar dari mereka tetap menjalankan agama mereka dengan bimbingan nabi-nabi. Mereka dikembalikan lagi ke tanah Palestina oleh raja Persia, Xerxes. Masa pembuangan adalah masa paling memalukan bagi mereka sebagai bangsa, maka dibuatlah revitalisasi dalam agama dengan menyusun ulang kitab Taurat berdasarkan gulungan-gulungan salinan yang telah terpecah-pecah dan tersebar supaya dapat disusun lagi kejayaan masa lalu yang gemilang, kadang secara berlebihan. Kitab Taurat ini disebut oleh orang Yahudi sebagai Tanakh. Intinya, bangsa yahudi adalah bangsa pilihan Tuhan dan bangsa-bangsa lain adalah hamba bagi mereka. Salah satu penyusunnya adalah Ezra (dalam Al Quran disebut Uzair).

Walaupun kemudian diutus nabi-nabi agar mereka menjalankan kembali hukum-hukum Taurat yang asli, pembangkangan mereka makin menjadi-jadi. Banyak sekte-sekte keagamaan yang muncul seperti Parisi, Saduki, Esenes dll. Bermunculan juga kitab-kitab tafsir seperti Talmud, Gemara, Midrash dll yang lebih mereka percayai otoritasnya daripada Taurat yang asli. Pada puncak praktek keagamaan yang menyimpang ini, diutuslah nabi ‘Isa (as) dengan dibekali kitab Injil. Sebagian ada yang kembali kepada hukum Taurat seperti golongan yang dipimpin oleh Nabi Yahya (as). Mereka inilah bagian orang-orang yang mendapat balasan tiada henti, ayat 6.  Akan tetapi sebagian besar tetap membangkang dan menganggap Nabi ‘Isa (as) adalah penipu yang mengaku-ngaku sebagai nabi. Terselip di antara kedua golongan ini, yaitu golongan ketiga yang menganggap bahwa, selain membawa hukum baru yang menghapus hukum Taurat, Nabi ‘Isa (as) juga adalah anak Tuhan, walaupun belum mempunyai konsep yang jelas. Golongan ini dimotori oleh Paulus yang belum pernah bertemu dengan nabi ‘Isa (as). Pada masa ini untuk kedua kalinya tempat suci bangsa Yahudi dihancurkan. Kali ini oleh bangsa Romawi yang dipimpin Titus sehingga mereka tercerai berai keluar dari tanah Palestina.

Orang-orang yahudi yang tersebar di seluruh penjuru terus mengembangkan tafsir mereka sendiri dalam keagamaan yang bertentangan dengan isi Taurat. Salah satu fokus mereka adalah pada hal-hal yang bersifat perekonomian agar dapat bertahan hidup sebagai golongan minoritas di negara asing, dengan mengembangkan konsep modal dan pinjam meminjam dengan sistem riba kepada penduduk setempat yang tanpa sadar telah diekploitasi oleh mereka.

Golongan yang asalnya minoritas, lama kelamaan menjadi besar dengan menambahkan pemeluknya dari bukan orang yahudi. Istilah bagi mereka adalah gentile, dalam bahasa ibrani disebut goyim, atau dalam bahasa arab disebut ‘ajam. Agar dapat mengakomodasi para pemeluk baru yang asing dengan ajaran Tuhan Yang Esa dalam agama Yahudi, maka mulailah dimasukkan sedikit demi sedikit unsur-unsur ketuhanan dalam diri Yesus. Selain menghapus hukum-hukum taurat (walaupun tidak konsisten), golongan ini kemudian memasukkan ide-ide filsafat politeisme dari filsafat Plato, Phytagoras, Socrates dll. ke dalam agama baru ini oleh pemuka-pemuka mereka seperti Origen, Tertullian, Athanasius dll. Ide tentang ketuhanan Yesus dan trinitas ditentang oleh sebagian besar pemeluk yang di antaranya Patriarch kota Alexandria, Arius, sehingga menimbulkan pertumpahan darah berkepanjangan. Akhirnya kaisar Konstantin, yang masih menyembah berhala, berinisiatif menghentikan kekacauan dalam wilayah kekuasaannya dengan mengadakan konsili di Nicaea pada 325 M. Keputusan pentingnya adalah gereja resmi memproklamirkan ketuhanan Yesus sebagai basis kepercayaan bagi orang-orang kristen. Yang tidak mengakui hal ini ditangkapi dan dipaksa merubah keyakinannya. Karena sudah tidak ada lagi pertentangan, gereja resmi kemudian terus memperkuat kedudukannya dengan hukum-hukum baru berdasarkan hukum Romawi. Pada akhirnya sudah jauh sekali menyimpang dari ajaran Yesus yang asli dengan adanya dosa warisan, surat pengampunan dosa dll.

Dalam keadaan keagamaan yang paling rendah ini (ayat 5), maka Nabi Muhammad SAW diutus kepada seluruh manusia dengan dibekali Al Quran yang memperkuat kembali hukum-hukum Taurat yang telah diabaikan oleh orang Yahudi dan Kristen dan kemudian menambahkan hukum-hukum baru mengenai masalah yang belum dicakup sehingga selalu sesuai dengan perkembangan intelektualitas manusia sepanjang jaman sampai hari kiamat. Walaupun sudah jelas hukum-hukum yang ada dalam Al Quran memperkuat apa yang ada dalam Taurat, masih saja orang-orang Yahudi dan Kristen menyangkalnya, ayat 7.  Mereka mengada-ada dengan meminta bukti bahwa Al Quran turun dari langit. Perhatikan ayat QS 4:153 (Al Quran surat An Nisâ’ [perempuan-perempuan] ayat 153):

يَسْـَٔلُكَ أَهْلُ ٱلْكِتَـٰبِ أَن تُنَزِّلَ عَلَيْهِمْ كِتَـٰبًۭا مِّنَ ٱلسَّمَآءِ ۚ فَقَدْ سَأَلُوا۟ مُوسَىٰٓ أَكْبَرَ مِن ذَ‌ٰلِكَ فَقَالُوٓا۟ أَرِنَا ٱللَّهَ جَهْرَةًۭ فَأَخَذَتْهُمُ ٱلصَّـٰعِقَةُ بِظُلْمِهِمْ ۚ ثُمَّ ٱتَّخَذُوا۟ ٱلْعِجْلَ مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَتْهُمُ ٱلْبَيِّنَـٰتُ فَعَفَوْنَا عَن ذَ‌ٰلِكَ ۚ وَءَاتَيْنَا مُوسَىٰ سُلْطَـٰنًۭا مُّبِينًۭا [٤:١٥٣]
Terjemahan bebas: Orang Yahudi dan Kristen meminta padamu agar diturunkan atas mereka kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta pada Musa yang lebih besar dari itu. Kemudian mereka berkata: “Tampakkan Allah pada kami dengan secara terbuka.” Maka menyambarlah petir atas mereka karena kedegilan mereka. Kemudian mereka mengambil anak sapi sesudah keterangan yang jelas datang pada mereka. Maka Kami biarkan (untuk sementara) tentang hal itu dan kami berikan Musa wewenang yang nyata (untuk menangani kaumnya).

Juga QS 28:46 (Al Quran surat Al Qashash [kisah-kisah] ayat 46):
وَمَا كُنتَ بِجَانِبِ ٱلطُّورِ إِذْ نَادَيْنَا وَلَـٰكِن رَّحْمَةًۭ مِّن رَّبِّكَ لِتُنذِرَ قَوْمًۭا مَّآ أَتَىٰهُم مِّن نَّذِيرٍۢ مِّن قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ [٢٨:٤٦]
Terjemahan bebas: Dan tidaklah kamu berada di sekitar gunung Sinai ketika Kami memanggil (Musa) tetapi (dengan otoritas yang sama kamu diutus) sebagai suatu kasih sayang dari Rabbmu agar kamu memberi peringatan pada kaum yang tidak datang pada mereka seorang pemberi peringatan sebelum kamu, mudah-mudahan mereka akan mengingatnya.

Dengan kedua ayat ini Allah SWT memberitahu bahwa mereka akan menyangkal kebenaran Nabi Muhammad SAW sehingga mengada-ada dengan meminta bukti dari langit. Padahal mereka tahu bahwa pendahulu mereka meminta hal yang lebih besar kepada Nabi Musa (as), yaitu agar Allah SWT ditampakkan pada mereka. Kemudian dengan otoritas yang sama Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyampaikan peringatan agar mereka mau mengingat kembali apa yang pernah terjadi. Bagi yang mau mengingat kemudian beriman dan berbuat baik, maka memperoleh kebahagiaan, ayat 6. Jika tidak mau ingat, tidak perlu diresahkan. Percayakan semua kepada Allah SWT. Bukankah dia akan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki? (Ayat 8).

Pelajaran yang dapat dipetik dari surat bagi muslimin adalah agar tulus berpegang kepada hukum-hukum yang tercantum dalam Al Quran karena itu adalah sebaik-baiknya formasi hukum, dan jangan memperturutkan hawa nafsu dan jangan mengambil hukum selain dari Allah SWT. Lihatlah akibatnya apa yang terjadi pada umat-umat terdahulu. Sekali mereka memperturutkan hawa nafsu atau mengambil hukum selain dari Allah SWT, maka kemerosotan niscaya menimpa. Berhati-hatilah dalam bersinggungan dengan ajaran-ajaran yang bertentangan dengan Al Quran. Jangan ambil hal-hal tersebut menjadi hukum, walaupun harus menderita karena itu. Hanyalah orang yang beriman dan berbuat baik yang akan memperoleh balasan tiada henti, baik di dunia maupun di akhirat. Apa lagi yang harus disangkal? Tawakkal selalu kepada Allah SWT, bukankah Allah SWT sangat bijaksana?

Wallahu a’lam.

No comments:

Post a Comment